Dalam ulasan singkat ini akan dijelaskan mengenai sejumlah sifat,
karakter dan keistimewaan Imam Khomeini ra yang menyebabkan kemenangan
Revolusi Islam Iran. Ketika situasi bangsa dan negara Iran sedang
melewati salah satu periode tersulit dalam sejarahnya dan kira-kira
semua pengalaman sebelumnya dan berbagai gerakan nasional telah gagal
untuk menyelamatkan negara itu, Allah Swt telah menolong dan
menganugerahkan kepada bangsa Iran seorang pemimpin yang adil, saleh,
bijak, arif dan fakih.
Di masa itu ketika para penjajah asing menyebut Iran sebagai sebuah
"pulau tenang
"untuk
menjarah sumber dayaalamnya, Khomeini Kabir ra dengan kepemimpinannya
yang meneladani Rasulullah Saw, telah meruntuhkan rezim kerajaan yang
telah berkuasa selama 2.500 tahun dan mengguncang pilar-pilar dominasi
dan kekuatan-kekuatan arogansi dunia.
Membangkitkan
hati nurani dari tidurnya,memobilisasi kekuatan rakyatdan mengembalikan
mereka kepada Islam yang murni hanya mungkin dilakukan oleh seorang
pemimpin yang mulia dan agung seperti Imam Khomeini ra. Di puncak
ketidakpercayaan dan kekaguman dunia, Imam Khomeini ra pada tanggal 12
Bahman 1357 HS kembali ke Iran dan disambut luar biasa oleh rakyat
revolusioner negara itu. Beliau kembali ke Iran setelah 15 tahun
diasingkan dan hidup di bawah tekanan dan ancaman para penguasa tiran.
Hanya 10 hari setelah kembalinya beliau ke Iran, revolusi terbesar dan
paling mengejutkandi abad itu mencapai kemenangannya. Lalu apa
keistimewaan Imam Khomeini sehingga mampu membuat perubahan besar di
masyarakat Iran dan bahkan mempengaruhi dunia Islam?
Pemerintahan Islam dibentuk untuk mengejar dua tujuan utama: pertama,
untuk mengubah masyarakat menuju masyarakat yang ideal dan islami.
Kedua, mengantarkan manusia ke posisi sebagai khalifah Allah Swt.
Tujuan-tujuan tersebut tidak akan tercapai jika dipimpin oleh seorang
pemimpin non-agamis.
Dalam pandangan Islam,
kepemimpinan seorang fakih, bijak, adil dan arif dianggap sebagai
kebutuhan yang paling penting, baik di masa perubahan dan revolusi
maupun di masa stabil dan pembentukan pemerintahan Islam. Imam Khomeini
ra adalah seorang fakih dan ulama terkemuka yang memiliki hati yang
bersih, iman yang kuat dan yakin kepada kekuatan abadi Allah Swt, di
mana beliau tidak menerima penghambat apapun dan tidak tunduk kepada
setiap ancaman yang menghalangi tujuan-tujuan mulianya. Beliau adalah
seorang pemimpin ilahi.
Sudut pandang Imam Khomeini ra
terhadap semua eksistensi seperti dunia, akhirat, manusia dan tujuan
penciptaan yaitu untuk menuju kesempurnaan manusia hingga mencapai
posisi khalifah Allah Swt, adalah keistimewaan terpenting beliau, di
mana tanpa pemahaman benar atas hal itu, maka tidak seorangpun akan
mampu memahami jati diri dan kepemimpinan Imam Khomeini ra. Menurut
pandangan beliau, dunia dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya akan
memiliki nilai ketika mampu menjadi wasilah dan perantara bagi manusia
untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan mencapai kebahagiaan di
akhirat. Seorang pemimpin umat juga tidak keluar dari kaidah tersebut.
Seorang pemimpin tidak sendirinya memiliki nilai dan kemuliaan. Yang
menyebabkan seorang pemimpin memiliki nilai adalah pelayanannya kepada
makhluk Allah Swt.
Imam Khomeini ra menilai kedaulatan mutlak hanya milik Tuhan dan atas dasar tersebut, beliau berulangkali mengatakan,
"Kalian memanggilku sebagai pelayan akan lebih baik dari pada kalian memanggilku sebagai Rahbar (pemimpin).
" Pendiri Republik Islam Iran itu menganggap manusia sebagai sebuah
"wujud malakuti
"
dan memiliki martabat tinggi. Beliau optimis terhadap kemampuan semua
manusia untuk memahami jalan haq dan meniti jalan tersebut. Oleh karena
itu, beliau memiliki keyakinan mendalam terhadap pencerahan dan
penyadaran masyarakat.
Pemahaman benar dan realistis
terhadap sifat dan ciri bangsa Iran adalah karakteristik lain yang
dimiliki oleh Imam Khomeini ra. Ketika diwawancarai oleh Hassanein
Heikal, seorang wartawan terkemuka Mesir, beliau mengatakan,
"Saya
mengenal rakyat dan mengabarkan isi hati mereka serta berbicara dengan
lisan mereka. Saya mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam dada
mereka. Saya mengetahui semua titik-titik lemah (negara) dan menyaksikan
transformasi setengah abad lalu. saya memahami, melihat dan merasakan
penderitaan masyarakat yang disebabkan oleh intimidasi.
"
Selain pemahaman yang benar terhadap kondisi, fasilitas dan kekuatan
yang dimiliki, juga diperlukan pengenalan yang benar terhadap musuh dan
strategi invansifnya, di mana kedua hal itu adalah perlengkapan untuk
sebuah perjuangan dan perlawanan yang sukes. Imam Khomeini ra sangat
memahami hal itu dengan baik dan beliau menganggap Amerika Serikat
sebagai musuh utama setiap bangsa. Pendiri Republik Islam Iran itu
mengatakan,
"Dunia harus mengetahui bahwa setiap
penderitaan yang dialami oleh bangsa Iran dan bangsa-bangsa Muslim di
dunia berasal dari AS. Kesengsaraan negara-negara Islam disebabkan oleh
intervensi asing dan Amerika dalam menentukan nasib mereka.
"
Imam Khomeini ra dengan ungkapan sederhana namun tepat dan akurat telah
memberitahukan kepada masyarakat tentang berbagai cara dan metode
invansif musuh atau konspirasi tersembunyi musuh seperti menebar teror,
menabur perpecahan, menyiapkan perang dan persahabatan palsu. Imam
Khomeini ra menilai sikap tidak kompromi terhadap kezaliman dan
kekuatan-kekuatan arogan sebagai warisan berharga dari para nabi. Beliau
mengatakan,
"Mereka yang mempersoalkan kami
bahwa mengapa kami tidak berkompromi dengan kekuatan-kekuatan korup,
adalah dari orang-orang yang melihat segala sesuatu dari sisi materi.
Atau mungkin mereka tidak mengetahui bagaimana Anbiya menyikapi
kezaliman, atau bahkan mereka mengetahui, tetapi sengaja membuat diri
mereka tuli dan buta. Kompromi dengan penindasan adalah kezaliman
terhadap orang-orang tertindas. Kompromi dengan kekuatan-kekuatan
adidaya berarti penindasan terhadap umat manusia.
"
Berdasarkan pemikiran tersebut, Imam Khomeini ra tidak pernah tunduk
dan menyerah terhadap arogansi Barat, terutama AS. Beliau selalu
mengajak rakyat Iran untuk melawan segala bentuk tekanan dan dikte
Barat. Pemimpin Revolusi Islam Iran itu menuturkan,
"Saya
secara tegas mengumumkan kepada seluruh dunia bahwa jika para penjajah
dunia memerangi agama kami, maka kami akan melawan mereka.
"
Sikap tidak menyerah seorang pemimpin terhadap tekanan dan ancaman
serta tidak kompromi terhadap para penindas, tidak mungkin dilakukan
tanpa penguatan jiwa epik, keberanian dan resistensi. Imam Khomeini
adalah contoh sempurna dari seorang pemimpin yang pemberani dan
resistan. Beliau mengatakan,
"Demi Allah, hingga kini aku tidak pernah merasa takut.
"
Di sebuah kesempatan lain beliau menegaskan,
"Aku
telah menyiapkan darah dan jiwa yang tidak berarti ini untuk membela
umat Islam, dan aku menunggu kesyahidan. Kekuatan-kekuatan adidaya dan
pelayan mereka harus memahami bahwa jika Khomeini hanya sendirian, ia
akan tetap melanjutkan jalannya untuk melawan kekufuran dan kemusyrikan,
dan dengan bantuan Allah Swt ia akan merampas `tidur nyenyak` para
penjajah dan pelayan-pelayan mereka yang memaksakan penindasannya.
"
Imam Khomeini ra menilai unsur-unsur epik dan keberanian sebagai inti
pemerintahan dan kekuatan masyarakat. Menurut beliau, kerapuhan dan
lemahnya dunia Islam dalam menghadapi kebijakan ekspansionis
kekuatan-kekuatan asing sebagai dampak dari nihilnya jiwa dan semangat
kekuatan di kalangan umat Islam. Beliau meminta ulama dan cendekiawan
dunia Islam untuk menyelamatkan umat manusia dari cengkeraman
kekuatan-kekuatan penjajah melalui penjelasan, tulisan dan perbuatan
mereka sehingga ketakutan yang ada di dalam diri orang-orang tertindas
akan lenyap dan yang ada hanya keberanian dan resistensi untuk melawan
arogansi dunia.
Di bawah naungan pemikiran murni
Islam, Imam Khomeini ra meyakini bahwa mustadafin terutama umat Islam
dunia tidak seharusnya menunggu bantuan kekuatan-kekuatan besar untuk
memperoleh kemuliaan dan kebahagiaan mereka. Beliau menilai jalan
pembebasan adalah tawakal kepada Allah Swt, persatuan, resistensi dan
perlawanan. Mengenai hal itu, beliau mengatakan,
"Mereka
yang membayangkan bahwa para pemilik modal dan orang-orang kaya akan
tersadar dengan nasihat dan bergabung dengan para pejuang atau membantu
mereka adalah perbuatan yang sia-sia saja. Perlawanan dan kesejahteraan,
perjuangan dan kemalasan, penuntut dunia dan pencari akhirat adalah dua
kategori yang tidak akan pernah bersama-sama.
Mempelajari dengan teliti kehidupan Imam Khomeini ra akan memahami
sebarapa jauh beliau mengamalkan dan komitmen terhadap ajaran Islam.
Hidup sederhana dan pengabaian beliau terhadap gemerlapnya dunia bahkan
selama delapan tahun menjadi orang nomor satu di Republik Islam Iran,
telah membuat kagum semua orang dan kemudian memuji kesederhanaan
beliau.
(*IRIB)